Selasa, 13 April 2010

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi dengan segala kecanggihan teknologi di dalamnya berkorelasi positif terhadap peningkatan laju industrialisasi akhir-akhir ini. Jika tidak dikelola dengan baik, peningkatan industri justru menimbulkan dampak negatif yang besar. Contoh konkrit yang sering kita dengar dan saksikan bersama adalah terjadinya pencemaran air dan udara akibat pengelolaan limbah pabrik yang kurang baik. Kasus Muara Angke misalnya, yang perairannya telah tercemar oleh limbah logam berat mengingat pengolahan limbah industri-industri di Jakarta yang buruk. Selain itu, bukti nyata lainnya adalah terjadi pemanasan global di dunia sebagai dampak dari karbon yang dilepaskan oleh asap-asap pabrik. Dilihat dari segi kesehatan, pencemaran ini berdampak buruk terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itulah, maka masalah limbah ini perlu ditangani dengan serius.

Untuk mengurangi dampak negatif dari peningkatan laju industrialisasi ini, maka perlu dilakukan upaya-upaya pengelolaan limbah yang dihasilkan. Limbah bahan kimia misalnya diolah dengan cara netralisasi dengan senyawa penetralnya. Sedangkan limbah berupa bahan organik dapat diolah menjadi pupuk organik. Alternatif lain untuk mengolah limbah organik adalah memanfaatkan limbah tersebut sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Pemanfaatan limbah organik sebagai bahan pakan ini merupakan teknik pengolahan limbah yang sangat efisien. Selain kelestarian lingkungan terjaga, juga dapat diperoleh keuntungan lebih melalui konversi limbah organik menjadi protein hewani dalam bentuk daging ikan.

1

Beberapa limbah organik yang digunakan sebagai penyusun pakan ikan yaitu, kotoran ayam sebagai limbah buangan usaha peternakan, dedak padi sebagai limbah buangan usaha penggilingan padi, bungkil kelapa sebagai limbah buangan industri minyak goreng, bungkil kedelai, silase dan tepung tulang ikan yang diperoleh dari limbah industri pengolahan ikan serta tepung darah ternak yang merupakan limbah buangan rumah pemotongan hewan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengolahan limbah organik menjadi pakan ikan cukup efektif?

2. Jenis ikan apakah yang cocok untuk diberikan pakan limbah organik?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

1. Mengetahui teknik pengolahan limbah organik

2. Mengetahui efektifitas pengolahan limbah organik melalui pemanfaatannya sebagai pakan ikan.

3. Mengetahui jenis ikan yang cocok untuk diberikan pakan limbah organik.

1.3.2 Manfaat

Untuk memberikan literatur kepada masyarakat tentang dampak pencemaran limbah organik dan teknik pengolahannya yang efektif dan menguntungkan.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Limbah

Limbah yaitu suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga tetapi limbah juga dapat menjadi sesuatu yang beguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar.

2.2 Klasifikasi Limbah

Jika didasarkan jenisnya, limbah dikelompokkan menjadi dua, yaitu: limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik ini terdiri atas bahan-bahan yang bersifat organik seperti dari kegiatan rumah tangga dan industri. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses alami. Limbah ini memiliki sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan tersebut akan mengendap ke dalam tanah, dasar sungai, danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya.

Limbah anorganik terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah ini berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diuraikan dan tidak dapat diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan anorganik, zat-zat tersebut adalah garam anorganik, asam anorganik.

Berdasarkan sumbernya limbah dikelompokkan menjadi 3, yaitu: limbah pabrik, limbah rumah tangga dan limbah industri.

1. Limbah Pabrik

Limbah ini bersifat berbahaya karena limbah ini mempunyai kadar gas yang beracun. Pada umunya limbah ini dibuang di sungai-sungai sekitar tempat tinggal masyarakat dan tidak jarang warga masyarakat mempergunakan sungai untuk kegiatan sehari-hari, misalnya mandi, cuci dan wc. Dan secara langsung gas yang dihasilkan oleh pabrik tersebut dikomsumsi dan dipakai oleh masyarakat.

2. Limbah Rumah Tangga

3

Limbah rumah tangga adalah limbah yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga. Limbah ini berasal dari sisa sayuran seperti wortel, kol, bayam, selada, dan lain-lain. Bisa juga berasal kertas, kerdus atau karton. Limbah ini juga memiliki daya racun tinggi jika berasal dari sisa obat dan aki.

3. Limbah Industri

Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perushaan tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan senyawa organik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makhluk hidup pengguna air tersebut misalnya ikan, bebek, dan makhluk hidup lainnya dan juga manusia.

2.3 Dampak Negatif Limbah

1. Limbah usaha kecil pangan dapat menimbulkan masalah dalam penangannya karena mengandung sejumlah besar karbohidrat, protein, lemak, garam-garam, mineral dan sisa-sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya limbah industri tahu, tempe, tapioka, industri hasil laut dan hasil pangan lainnya dapat menimbulkan bau yang menyengat dan polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang ketat.

2. Air yang mengandung limbah dapat menggangu seluruh keseimbangan ekologi dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan dan biota perairannya. (www.menlh.go.id, 2005).

2.4 Kebiasaan Makan Ikan

Menurut Chingmix (2003), berdasarkan makanannya, saat ini dikenal ada 4 kelompok ikan, yaitu : karnivora , herbivora, omnivora dan limnivora.

1. Karnivora secara alami sebagai predator dan pemakan ikan yang lebih kecil,serangga, larva serangga dan udang-udangan. Ikan ini memiliki kantung makan yang besar dan alat pencernaan yang pendek. Dalam akuarium ikan jenis ini dapat diberi pakan hidup atau pakan buatan.

2. Herbivora adalah pemakan tumbuhan/sayuran,buah dan ganggang. Ikan ini memiliki alat pencernaan yang panjang dan suka makan beberapa kali. Di akuarium ikan jenis ini dapat diberi pakan buatan,sayuran dan tumbuhan

3. Diantara kedua jenis ikan tersebut diatas ada ikan yang dapat makan sayuran dan juga daging, yaitu yang disebut omnivora. Ikan ini di alam memakan berbagai jenis makanan yang tersedia seperti ikan yang lebih kecil,serangga, larva serangga,udang-udangan,ganging,sayuran dan buah. Di akuarium ikan ini dapat diberi pakan hidup atau pakan buatan dan sayuran.

4. Limnivore atau dikenal juga sebagai ikan pemakan lumpur. Di alam pemakan ganggang dan microorganisme yang ada dihabitatnya. Ikan jenis ini memiliki kantung makan yang kecil dan makan dalam frekwensi yang sering serta memiliki alat pencernaan yang panjang. Di akuarium ikan jenis ini dapat diberi pakan buatan ataupun ganggang.

Lebih lanjut Chingmix (2003) mengatakan, dari keempat jenis ikan tersebuit di atas, komposisi kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh masing-masing jenis ikan tersebut berbeda-beda persentasenya. Perinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kebutuhan Gizi Beberapa Jenis Ikan Berdasarkan Kebiasaan Makannya

Kandungan

Karnivora

Omnivora

Herbivora

Limnivora

Lemak/Fat

3-6%

2-5%

1-3%

2-4%

Serat/Fiber

2-4%

3-8%

2-6%

5-10%

Protein

45-70%

30-40%

30-40%

15-30%

Moisture/air

6-10%

6-10%

6-10%

6-10%

Sumber: Chingmix, 2003



BAB 3. PEMBAHASAN

Untuk mengurangi beban lingkungan terhadap limbah yang dihasilkan oleh kegiatan industri, perlu dilakukan kegiatan pengolahan terhadap limbah tersebut sehingga tidak mencemari lingkungan. Makalah ini mencoba mengupas masalah pengolahan limbah organik melalui teknik pendauran ulang limbah tersebut menjadi pakan ikan. Adapun beberapa limbah organik yang akan digunakan sebagai penyusun pakan ikan yaitu, kotoran ayam sebagai limbah buangan usaha peternakan, dedak padi sebagai limbah buangan usaha penggilingan padi, bungkil kelapa dan bungkil kelapa sawit sebagai limbah buangan industri minyak goreng, bungkil kedelai, serta silase dan tepung tulang ikan yang diperoleh dari limbah industri pengolahan ikan serta tepung darah ternak yang merupakan limbah buangan rumah pemotongan hewan.

Pembahasan makalah ini lebih difokuskan pada beberapa pokok bahasan, yaitu definisi dari beberapa jenis limbah organik, proses pengolahan limbah organik menjadi pakan ikan, dan keuntungan pengolahan limbah organik menjadi pakan ikan.

3.1 Definisi Beberapa Jenis Limbah Organik

3.1.1 Kotoran Ayam

Salah satu bahan makanan ikan yang potensial dapat berupa kotoran ayam yang dalam keadaan kering dan telah digiling halus. Kelebihan apabila kita menggunakan kotoran ayam sebagai bahan makanan ikan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Mengandung mikroorganisme yang dapat mengubah asam urat dalam kotoran menjadi protein mikroba yang dapat dimanfaatkan oleh ikan.

2. Kotoran ayam kering mengandung faktor pertumbuhan yang belum diketahui.

3.

6

Kotoran ayam kering mengandung beberapa protein disamping nonprotein nitrogen (NPN).

4. Kotoran ayam kering mengandung mineral mikro, vitamin K, vitamin B Kompleks, dan provitamin lebih tinggi daripada yang terkandung dalam makanan.

Kotoran ayam kering merupakan sumber protein, kalsium, fosfor, dan mineral lainnya. Kotoran ayam broiler mempunyai kandungan gizi yang lebih tinggi daripada kotoran ayam petelur. Kelebihan lain penggunaan kotoran ayam kering sebagai bahan makanan ikan adalah dapat digunakan sebagai sumber asam amino, terutama sumber asam amino esensial yang cukup tinggi. Dengan demikian, kotoran ayam dapat memperbaiki komposisi makanan ikan yang rendah kandungan asam glutamatnya.

Tabel 3.1 Karakteristik Bahan Makanan Kotoran Ayam

Bahan makanan

Protein

(%)

Lemak

(%)

Serat Kasar (%)

ME (Kcal)

Kotoran Ayam Broiler

Kotoran Ayam Petelur

25,30

11,60

3,34

1,80

14,60

16,20

2050

1820

Sumber : Murtidjo (2001)

3.1.2 Dedak Padi

Dedak padi merupakan hasil ikutan penggilingan padi yang sangat potensial sebagai bahan makanan ikan. Pengadaan dedak bekatul relatif mudah dan harganyapun relatif murah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaaan bahan-bahan ikutan dalam penggilingan padi adalah sebagai berikut

1. Waktu dan teknik penyimpanan, yakni bahan-bahan ikutan tersebut disimpan tidak terlalu lama untuk menghindari ketengikan.

2. Penggunaan hasil ikutan penggilingan sebagai bahan makanan dalam komposisi makanana ikan tidak lebih dari 10%, karena penggunaan yang terlalu banyak dapat menyebabkan kekurang asam amino isoleucyn dan threonin.

3. Pemalsuan di pasar hasil ikutan penggilingan padi yang palsu dapat meyebabkan komposisi makanan ikan mengandung serat kasar sangat tinggi sehingga berdampak negatif terhadap pertumbuhan ikan.

Dedak padi pada umumnya dikenal ada 4 macam yakni sebagai beikut:

1. Dedak kasar, yakni dedak yang terdiri atas pecahan-pecahan kulit gabah yang masih tercampur dengan sedikit bahan yang berasal dari berasnya sendiri. Dedak kasar mengandun serat kasar yang sangat tinggi, sehingga sama sekali tidak dapat digunakan sebagai salah satu bahan makan ikan.

2. Dedak halus, yakni dedak yang diperoleh dengan memisahkan beras dengan kulit gabah dan dedak kasar yang ditumbuk. Dedak halus semacam ini masih banyak mengandung bahan-bahan yang berasal dari kulit gabah, selaput putih dan bahan karbohidarat.

3. Dedak lunteh, yakni hasil ikutan dari penggilingan padi kandungan protein dan vitamin B1 masih banyak karena dedak lunteh ini sebagian besar terdiri dari bahan yang berasal dari selaput putih, dari karbohidrat dan sedikit dari bagian kulit gabah.

4. Dedak bekatul, yakni hasil ikutan penggilingan padi yang susunannya hampir sama dengan dedak lunteh, tetapi lebih sedikit mengandung selaput putih, dan bahan kulit. Keadaan ini menyebabkan dedak bekatul mengandung lebih sedikit vitamin B1 dibanding dengan dedak lunteh. Dedak bekatul ini masih tercampur dengan pecahan-pecahan halus dari beras, sehingga sering juga dikonsumsi orang dan harganya juga relatif tinggi.

Dedak padi sebagai bahan ikutan padi secara umum dari tiga macam bahan asal sebagai berikut

1. Kulit padi/gabah, yakni bagian yang banyak mengandung serat kasar dan mineral.

2. Selaput putih, yakni bagian yang mengandung protein, vitamin B1, lemak dan mineral.

3. Bahan karbohidrat, yakni bagian yang sangat mudah dicerna.

Tabel 3.2 Karakteristik Bahan Makanan Dedak Padi

Bahan Makanan

Protein (%)

Lemak (%)

Serat Kasar (%)

Em (Kcal)

Dedak Kasar

Dedak Halus

Dedak Lunteh

Dedak Bekatul

7,60

9,90

13,80

14,00

6,80

7,90

14,00

14,30

27,80

20,50

12,40

6,10

1780

2100

2510

3320

Sumber : Murtidjo (2001)

3.1.3 Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa merupakan bahan makanan yang dapat digolongkan cukup potensial. Bungkil kelapa mudah diperoleh di pasaran. Bungkil kelapa merupakan sisa hasil ekstraksi minyak kelapa. Penggunaan bungkil kelapa perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Kandungan proteinnya relatif lebih rendah dibanding bungkil kedelai, namun sebagai bahan makanan tergolong mudah dicerna.

2. Bungkil kelapa mudah mengalami ketengikan, apalagi jika kandungan lemaknya masih tinggi. Biasanya penyimpanan dalam jumlah banyak perlu penambahan antioksidan untuk menghambat ketengikan.

3. Bungkil kelapa yang sudah mengalami ketengikan akan menyebabkan rusaknya kualitas komposisi makanan ikan ikan, terutama rusaknya vitamain yang larut dalam lemak.

Penggunaan bungkil kelapa dalam komposisi makanan ikan tidak boleh terlalu berlebihan. Penggunaan yang efektif adalah sekitar 10 % dari komposis makanan ikan. Berdasarkan Murtidjo (2001), bungkil kelapa memiliki kandungan gizi sebagai berikut Protein 20,50 %, Lemak 6,70, Serat Kasar 12,00 % dan ME 1540 Kcal.

3.1.4 Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai merupakan sumber protein nabati karena kandungan proteinnya paling tinggi dibandingkan dengan bahan makanan asal tumbuhannya dan ikutannya. Selain mudah dicerna, bungkil kedelai memiliki kandungan asam-asam amino yang tinggi, kecuali asam amino Cystin. Harga bungkil kedelai relatif murah sehingga penggunaannya dalam komposisi makanan ikan dapat mencapai 20%. Berdasarkan Murtidjo (2001), bungkil kedelai memiliki kandungan gizi sebagai berikut, Protein 37,00 %, Lemak 17,90 %, Serat Kasar 5,70 % dan ME 3510 Kcal.

3.1.5 Silase

Pada dasarnya, prinsip pembuatan silase ikan adalah menurunkan pH ikan agar pertumbuhan maupun perkembangan bakteri pembusuk terhenti. Dengan terhentinya aktivitas bakteri, aktivitas enzim (baik yang berasal dari tubuh ikan itu sendiri maupun dari asam yang sengaja ditambahkan) meningkat. Cara pembuatan silase ini mula-mula dikembangkan oleh Prof. A.I. Virtenen dari Finlandia yang mengawetkan bahan makanan hijauan kemudian mengembangkan proses tersebut dengan menggunakan bahan-bahan yang kaya akan protein termasuk ikan.

Silase ikan ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu unsur yang dicampurkan ke dalam makanan ikan atau makanan ternak lainnya. Penggunaan silase ikan dalam makanan umumnya dimaksudkan untuk menggantikan seluruh atau sebagian tepung ikan di dalam makanan. Penggunaan silase ikan sebagai pengganti tepung ikan dianggap sangat menguntungkan, sebab selain harganya relatif murah kualitasnya pun tidak jauh berbeda. Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 4 kg silase ikan dapat menggantikan 4 kg tepung ikan. Bahkan setelah mengalami perlakuan lebih lanjut, penggunaan silase ikan dapat menghasilkan pertumbuhan ikan yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan tepung ikan.

Komposisi kimia silase ikan relative sama dibandingkan dengan komposisi bahan bakunya, hanya sedikit lebih encer karena penambahan asam. Seilase yang terbuat dari ikan utuh akan mengandung Air 70,0 – 75,0%, Protein 18,0-20,0%, Abu 4,0-6,0%, Lemak 1,0-2,0%, Kalsium 1,0-3,0%, Fosfor 0,3-0,9%.

Silase dapat diperoleh dengan cara melakukan fermentasi terhadap limbah industri pengolahan ikan dengan menambahkan senyawa asam organik ataupun senyawa asam mineral. Asam organik (umumnya asam formiat dan asam propionat) relatif mahal bila dibandingkan dengan asam mineral, tetapi mengasilkan silase yang tidak terlalu asam sehingga dapat langsung digunakan sebagai ransum ikan maupun ternak lain tanpa harus dinetralkan terlebih dahulu. Sedangkan asam mineral, meskipun relatif murah sering kali menghasilkan silase yang sangat asam sehingga perlu dinetralkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pakan ikan dan ternak.

3.1.7 Tepung Tulang

Tepung tulang banyak mengandung mineral, terutama kalsium dan fosfor. Tepung tulang biasanya hanya digunakan sebanyak 2% dalam komposisi makanan ikan. Tepung tulang yang digunakan sebagai bahan makanan adalah apabila memiliki kehalusan 8 mesh, berwarna putih bersih, kadar tepung 95% dan KA 5%, bebas dari bakteri salmonella dan tidak berbau.

Bahan Makanan

Protein

(%)

Lemak

(%)

Serat Kasar (%)

EM

(Kcal)

Tepung Tulang

12.00

3.00

2.00

Sumber : Murtidjo (2001)

Tabel 3.3 Karakteristik Bahan Makanan Tepung Tulang

3.1.8 Tepung Darah Ternak

Tepung darah ternak didapatkan dari potong ternak hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku tepung darah. Kelemahan tepung darah adalah daya cernanya rendah, sehingga penggunaannya rendah hanya sekitar 5 % dari komposisi makanan ikan. Adapun cara pembuatan tepung darah adalah sebagai berikut:

1. Darah hasil pemotongan ternak dikumpulkan dalam suatu wadah

2. Darah ternak yang telah terkumpul dimasak hingga mengental, kemudian air untuk memasak tersebut dibuang.

3. Darah ternak yang telah mengental kemudian dikeringkan lalu digiling halus.

Pembuatan tepung darah yang dilakukan dengan baik akan mengahsilkan tepung darah yang berkualitas tinggi dan memiliki protein tinggi pula.

Tabel 3.4 Karakteristik Bahan Makanan Tepung Darah

Bahan Makanan

Protein

(%)

Lemak

(%)

Serat Kasar

(%)

Em

(Kcal)

Tepung darah

80,10

1,60

1,00

2850

Sumber : Murtidjo (2001)

3.1.9 Tepung Tapioka

Kandungan gizi tepung tapioka adalah protein 3,6 %, serat kasar 2,19 % dan lemak 0,33%.

3.2 Proses Pengolahan Limbah Organik Menjadi Pakan

Sebelum pembuatan limbah organik menjadi pakan maka dibutuhkan proses pengolahan limbah. Proses yang perlu dilakukan diantaranya adalah persiapan pengolahan dan pengolahan.

3.2.1 Persiapan Pengolahan

1. Seleksi Bahan Baku

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembuatan pakan ikan, hal yang perlu diperhatikan adalah penyeleksian bahan baku yang akan digunakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam seleksi bahan baku antara lain:

a. Nilai Gizi

Pengetahuan mengenai nilai gizi bahan baku pakan sangat penting untuk diketahui agar dapat menetukan komposisi bahan baku yang tepat. Dengan demikian kandungan gizi pakan buatan dapat disesuaikan menurut kebutuhan. Hal ini juga berfungsi untuk mensubtitusi kekurangan yang dimiliki oleh bahan baku lainnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui nilai gizi bahan baku pakan adalah melalui analisis di laboratorium. Namun cara praktis yang dapat dilakukan oleh tenaga teknis di lapangan adalah dengan menggunakan daftar komposisi bahan pakan. Meskipun dalam angka tersebut tidak selalu tepat dengan bahan yang akan digunakan, namun cukup memadai untuk digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan komposisi bahan baku pakan ikan.

b. Mudah Dicerna

Bahan baku yang digunakan untuk bahan baku pakan buatan hendaknya mudah dicerna agar nilai efisiensi pakannya cukup tinggi. Semakin tinggi nilai ubahnya berarti bahan baku tersebut semakin sulit dicerna.

Setiap bahan baku membutuhkan bahan baku yang berbeda dalam meningkatkan kecerenaannya. Seperti kacang kedelai dalam bentuk mentah mengandung enzim trypsin inhibitor yang dapat menghambat aktivitas ezim tersebut sehingga menurunkan ketercernaannya. Hal ini ditanggulangi dengan melakukan pemanasan dalam autoklap pada suhu 140-150oC selama 2,5 menit (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

c. Tidak Mengandung Racun

Salah satu hal yang terpenting yang dimiliki oleh bahan baku adalah tidak mengandung racun. Apabila bahan yang digunakan mengandung racun maka akan berdampak fatal bagi ikan karena akan menyebabkan kematian, mengganggu pertumbuhan dan akumulasi atau merusak kandungan gizi pakan buatan.

d. Mudah Diperoleh

Bahan baku yang digunakan hendaknya mudah diperoleh karena apabila bahan baku sulit diperoleh maka biaya pengadaan juga akan meningkat. Beberapa bahan baku yang mudah diperoleh antara lain adalah limbah pasar, limbah rumah makan, limbah industri makanan (pabrik pengalengan makanan, pabrik kecap, industri tahu dan penggilingan peda), dan limbah pertanian.

e. Bukan Merupakan Kebutuhan Pokok Manusia

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan ikan sebaiknya bukan kebutuhan pokok manusia, sehingga tidak terjadi persaingan. Bahan baku yang masih dimanfaatkan oleh manusia harganya relatif mahal sehingga kurang efisien apabila digunakan sebagai bahan baku pakan ikan.

2. Penghalusan atau Penepungan

Tujuan utama penghalusan bahan baku pakan adalah untuk memperoleh ukuran yang relatif halus dan seragam. Bahan baku yang halus, selain juga dicerna juga mengahsilkan pakan yang relatif lebih kompak. Sebaliknya bahan baku yang kasar yang relatif sukar dicerna dan dapat menyebabkan kematian ikan karena sering menyumbat pencernaan dan kerongkongan ikan. Proses penghalusan bahan baku dapat dilakukan dengan menggunakan hammer mill atau roller mill.

Selain itu dengan penghalusan ukuran pakan maka semakin besar sehingga kontak dengan enzim pencernaan dan daerah penyerapan semakin besar pula. Dengan demikian, energi pakan yang diserap oleh tubuh ikan juga semakin meningkat. Akan tetapi, perlu diperhatikan agar bahan baku pakan tidak terlalu halus. Jika terlalu halus akan membentuk koloid (gumpalan) dalam air sehingga hanya sedikit nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh ikan.

Keuntungan lain dari proses pengahulusan bahan baku adalah panas yang ditimbulkan selama proses penghalusan dapat menginaktifkan beberapa senyawa toksik atau antinutrien.

Disisi lain bahan penghalusan bahan baku akan menyebabkan bidang kontak antara bahan baku dan oksigen di udara bertambah luas sehingga meningkatkan laju oksidasi.

3. Penyimpanan Bahan Baku Pakan

Penyimpanan bahan makanan membutuhkan perencanaan yang teratur terhadap waktu pengolahan, pengangkutan dan besarnya kendaraan yang digunakan dalam rangka persediaan bahan pakan. Pengaturan bahan baku perlu dilakukan agar penyimpanan lebih teratur. Selain itu, juga perlu pemberian label untuk mempermudah mengetahui setiap jenis bahan baku yang akan digunakan.

3.2.2 Pengolahan

1. Perhitungan Formulasi Pakan

Perhitungan formulasi pakan merupakan suatu upaya untuk menyesuaikan kandungan gizi pakan yang akan dibuat dengan kebutuhan gizi dari ikan yang dibudidayakan. Ada beberapa jenis perhitungan formulasi pakan. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode trial and error. Cara ini merupakan perhitungan formulasi pakan dengan cara mencoba mereka-reka jumlah masing-masing bahan baku yang akan digunakan kemudian mengkonversikannya ke dalam persentase kadar gizi sehingga diperoleh kadar gizi yang sesuai dengan kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan.

Berdasarkan hasil perhitungan formulasi dengan metode trial and error, diperoleh formulasi pakan sebagai berikut:

Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Formulasi Pakan dari Bahan Baku Limbah Organik

No

Jenis Bahan Baku

Jumlah Bahan Baku

(%)

Kadar Protein (%)

Jumlah Protein (%)

Kadar Lemak (%)

Jumlah Lemak (%)

Kadar Serat Kasar (%)

Jumlah Serat Kasar (%)

1

Dedak Halus

20.00

9.90

8.34

7.90

1.58

20.50

4.10

2

Bungkil Kedelai

10.00

41.70

2.05

3.50

0.35

6.50

0.65

3

Bungkil Kelapa

9.00

20.50

7.21

6.70

0.60

12.00

1.08

4

Tepung darah

5.00

80.10

0.60

1.60

0.08

1.00

0.05

5

Tepung Tulang

2.00

12.00

0.07

3.00

0.06

2.00

0.04

6

Tepung Tapioka

12.00

3.60

2.40

0.33

0.04

2.19

0.26

7

Silase

25.00

20.00

6.33

1.00

0.25

-

-

8

Kotoran Ayam

12.00

25.30

3.04

1.80

0.22

16.20

1.94

9

Premix

5.00

-

-

-

-

-

-

Jumlah

100.00

30.03

3.18

8.13

Berdasarkan hasil perhitungan formulasi di atas, ikan yang cocok untuk diberikan pakan tersebut adalah ikan yang bersifat omnivora. Menurut Chingmix (2003), kebutuhan zat gizi ikan omnivora adalah protein 30-40%, lemak 2-5% dan serat kasar 3-8%.

2. Pencampuran

Pencampuran bahan baku bertujuan agar seluruh bagian pakan yang dihasilkan memiliki komposisi yang sama seperti komposisi yang telah diformulasikan. Bahan baku yang relatif lebih halus bersifat tidak stabil dan memiliki muatan elektrostatik. Muata yang dimiliki menyebabkan partikel-partikel halus lainnya akan melekat hingga terkonsentrasi di sekitar partikel bermuatan tersebut.

Pencampuran bahan pakan dilakukan secara bertahap mulai dari bahan yang volumenya kecil hingga yang terbesar. Komponen yang berwarna sebaiknya dicampur terlebih dahulu karena dapat digunakan sebagai indikator homogenitas. Bahan baku yang berbentuk cairan dan banyak mengandung lemak sebaiknya dicampur setelah bahan baku yang berbetuk kering sudah tercampur rata.

Proses pencampuran bahan baku pakan dapat dilakukan secara manual. Akan tetapi mendapatkan hasil yang lebih baik, sebaiknya digunakan mesin pencampur (mixer) baik berupa mixer vertikal maupun horizontal.

3. Pencetakan

Pencetakan pakan bertujuan untuk mengahsilkan bentuk dalam ukuran yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Bentuk dan ukuran pakan buatan dapat bermacam-macam. Diantaranya emulsi (suspensi), pasta, lempengan (flakes), remah (crumble) dan pellet.

4. Pengeringan

Pengeringan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan pakan ikan. Pengeringan ini bertujuan untuk meningkatkan daya simpan pakan yang dibuat. Hal ini dikarenakan dalam kondisi lembab mikroorganisme mudah tumbuh. Selama proses pengeringan kadar air diupayakan mencapai 10%.

3.3 Keuntungan Pengolahan Limbah Organik Menjadi Pakan

Keuntungan dari pengolahan limbah organik menjadi pakan antara lain :

1. Mengurangi pencemaran lingkungan (sebagai alternatif pakan dalam konteks ramah lingkungan)

2. Biaya yang digunakan dalam pembuatan pakan jauh lebih murah

Untuk membuktikannya dapat dilihat tabel perhitungan biaya pembuatan pakan limbah organik berdasarkan hasil berhitungan formulasi di bawah ini.

Tabel 3.6 Biaya Pembuatan Pakan Limbah Organik

No

Jenis Bahan Baku

Jumlah Bahan Baku

(kg)

Harga

Satuan

(Rp)

Total Harga (Rp)

1

Dedak Halus

20.00

1.000

20.000

2

Bungkil Kedelai

10.00

2.000

20.000

3

Bungkil Kelapa

9.00

1.500

13.500

4

Tepung darah

5.00

4.000

20.000

5

Tepung Tulang

2.00

5.000

10.000

6

Tepung Tapioka

12.00

2.500

30.000

7

Silase

25.00

3.000

75.000

8

Kotoran Ayam

12.00

100

1.200

9

Premix

5.00

5.000

25.000

Jumlah

100.00

-

214.700

Berdasarkan perhitungan biaya yang dikeluarkan, terbukti bahwa pembuatan pakan dari limbah organik lebih ekonomis daripada pembelian pakan buatan pabrik. Berdasarkan perhitungan tabel 3.6 di atas, harga pakan limbah per kg adalah Rp 2.147 sedangkan harga pakan hasil pembelian adalah rata-rata Rp 5.000 per kg.

3. Proses pembuatannya lebih mudah

4. Ketersediaan bahan pakan yang digunakan kontinyu (berkelanjutan)

5. Tidak mengurangi persaingan dengan kebutuhan manusia dalam hal kebutuhan bahan baku pakan


18

BAB 5. KESIMPULAN

1. Teknik pengolahan limbah-limbah organik dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan limbah tersebut sebagai bahan baku alternatif pakan ikan.

2. Beberapa jenis limbah organik terbukti cukup efektif jika digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan pakan buatan untuk ikan, karena beberapa jenis bahan limbah tersebut ternyata masih memiliki beberapa jenis kandungan gizi yang masih dapat dimanfaatkan oleh ikan.

3. Kandungan gizi pakan limbah menunjukkan bahwa pakan tersebut sesuai untuk ikan omnivora, yaitu Kadar Protein 30,03%, Lemak 3,18%, dan Serat Kasar 8,13%.




DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Liviawaty, E. 2004. Penanganan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.

Anonimus. 2005. Dampak Limbah. http://www.menlh.go.id [12 Oktober 2009]

Chingmix. 2003. Komposisi Pakan Louhan yang Baik. http://www.o-fish.com/ FlowerHorn/PakanLouHan.htm [10 Agustus 2009]

19

Murtidjo, B. A. 2007. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius.

Yogie Ananda, 2010. http://yogieananda.blogspot.com/